Pemkab Bojonegoro Pantau Perkembangan Banjir Bengawan Solo
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, Jawa Timur, terus melakukan pemantauan perkembangan banjir luapan Bengawan Solo di daerahnya, meskipun ada kecenderungan ketinggian air mulai turun dari 14,66 meter, menjadi 14,64 meter, Selasa (8/2) pukul 10.00 WIB.
“Pemantauan tetap kami lakukan juga langkah-langkah penanganan untuk meminimalisir kerugian , meskipun ketinggian banjir surut,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Andik Sudjarwo.
Ia menjelaskan tim BPBD diterjunkan ke sejumlah lokasi untuk melakukan langkah-langkah penanganan, seperti mengirimkan bantuan karung plastik dan puluhan terpal untuk petani di sejumlah desa di Kecamatan Baureno.
“Petani mendapatkan kiriman terpal dan karung, karena hari ini memanen tanaman padinya yang terendam air banjir,” katanya, menegaskan.
Di sejumlah desa di Kecamatan Balen, katanya, juga ada tanaman padi seluas 257 hektare yang terendam air banjir.
“Tapi tanaman padinya sudah banyak yang dipanen sebelum banjir datang. Sekarang yang tanaman padi yang terendam air banjir tidak sampai ratusan hektare,” kata Andik, yang sekarang berada di lokasi banjir luapan Bengawan Solo di Kecamatan Balen.
Sesuai data yang diterima BPBD, daerah terdampak banjir luapan Bengawan Solo, juga banjir bandang, sebanyak 37 desa yang tersebar di 11 kecamatan, antara lain, Kecamatan Trucuk, Kanor, Baureno, Balen, dan kota.
Di wilayah setempat, tanaman padi yang terendam air banjir seluas 786 hektare, selain itu banjir juga menggenangi 663 rumah warga, palawija 90 hektare.
“Kerugian dampak banjir yang disebabkan rusaknya tanaman padi masih kami hitung, sebab belum semua kecamatan melaporkan perhitungan kerugian,” tuturnya. (*/mcb)