Bojonegoro Waspadai Awan “Comulonimbus”
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, Jawa Timur, mewaspadai terjadinya awan “comulonimbus” (CB), yang terjadi di atas wilayahnya, yang berpotensi menimbulkan hujan lebat yang disertai badai dan petir, khususnya di wilayah selatan.
Sebagaimana dilaporkan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Bojonegoro Kusnandaka Tjatur, di dalam we BERITA JONEGOROKU bahwa di atas wilayah Bojonegoro terjadi awan “Comulonimbus” (CB).
“Dimohon kesiapsiagaan camat dan meneruskan kepada kepala desa (kades) serta masyarakat kemungkinan terjadinya hujan sangat deras yang disertai angin kencang dan badai petir khususnya di wilayah selatan,” paparnya.
“Adanya kontribusi hujan lokal berpotensi meningkatkan ketinggian air Bengawan Solo,” tandasnya.
Asisten III Sekretaris Daerah (Sekda) Pemkab Bojonegoro Yayan Rochman, menjelaskan pemkab juga mewaspadai Kali Keling di Tuban, yang airnya masuk ke wilayah Bojonegoro, juga berpotensi meningkatkan debit banjir luapan Bengawan Solo.
“BPBD tetap meningkatkan kewaspadaan, sebab curah hujan selama Februari tinggi dan berpeluang terjadi tidak hanya banjir luapan Bengawan Solo, tapi juga banjir bandang,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Bojonegoro Andik Sudjarwo, menegaskan.
Dari catatan wikipedia bahwa “comulonimbus” (CB) adalah sebuah awan vertikal menjulang (keluarga D2) yang sangat tinggi, padat, dan terlibat dalam badai petir dan cuaca dingin lainnya.
“Comulonimbus” berasal dari bahasa Latin, “cumulus” berarti terakumulasi dan “nimbus” berarti hujan.
Awan ini terbentuk sebagai hasil dari ketidakstabilan atmosfer. Awan-awan ini dapat terbentuk sendiri, secara berkelompok, atau di sepanjang front dingin di garis squall.
Awan ini menciptakan petir melalui jantung awan. Awan “cumulonimbus” terbentuk dari awan “cumulus” (terutama dari cumulus kongestus) dan dapat terbentuk lagi menjadi supersel, sebuah badai petir besar dengan keunikan tersendiri. (*/mcb)