Bojonegoro, Media Center – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, serius menjadikan wilayahnya sebagai daerah penghasil pangan. Baik untuk mencukupi Bojonegoro sendiri, Jawa timur, bahkan Nasional.
Disamping ketersediaan lahan yang sangat luas, Kabupaten Bojonegoro juga memiliki 1577 kelompok tani yang sudah tergabung dalam 420 gabungan kelompok tani. Kelompok tersebut ada ditiap desa dan kelurahan se Kabuptaten Bojonegoro. Sehingga menjadi modal utama mewujudkan penghasil pangan nasional.
Untuk diketahui, Bojonegoro masih menjadi salah satu kabupaten penyumbang pangan di Jawa Timur, selama pandemi Covid-19. Adapun total luas panen bulan Maret sebesar 10.675 hektare atau setara dengan 70.725 GKG. Sedangkan pada puncak musim panen raya pada bulan April, total luas panen 49.441 hektar atau sebanyak 346.087 ton GKG.
“Gapoktan dapat mengambil peran untuk membantu pemerintah dalam menyampaikan program kepada kelompok tani secara berkelanjutan. Sehingga program-program yang dilaksanakan pemerintah tersampaikan dan berjalan sesuai target,” kata Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro, Helmy Elizabeth saat memberi pembinaan secara virtual dengan Gapoktan di Gedung Pusat Informasi Publik (PIP) Jalan AKBP.M Soeroko No 11, Selasa (9/6/2020).
Bupati Bojonegoro, Anna Mu’awanah menambahkan, untuk mempertahankan dan meningkatkan ketahanan pangan khususnya di sektor pertanian, semua pihak harus terlibat. Baik kelompok tani, gapoktan, petugas penyuluh lapangan (PPL) dan Dinas Pertanian.
“Semua harus bersinergi guna mensukseskan Program Petani Mandiri,” tegas Bu Anna, panggilan akrab Bupati Bojonegoro.
Salah satu produk dari program unggulan dibidang pertanian yang dapat dimanfaatkan kelompok tani adalah Kartu Petani Mandiri (KPM). Tujuannya dapat memberikan solusi atas permasalahan petani yang terjadi di lapangan, baik masalah produksi hingga ke punjualan hasil pertanian.
“Sudah tentu menjadi harapan kita bersama dalam menjaga dan meningkatkan ketahanan panganan untuk Bojonegoro, Jawa timur, Nasional. Dengan begitu kesejahteraan para petani di Bojonegoro dapat tercapai,” terang Bu Anna.(Dwi)