Bupati Bojonegoro Imbau Warga Waspada Tanah Gerak
Bupati Bojonegoro, Suyoto, mengimbau warga agar mewaspadai pergerakan tanah di
Bojonegoro. Bentuk kewaspadaan adalah dengan intensif melaporkan kepada pihak pihak terkait mulai pihak desa, kecamatan dan pemerintah dalam hal ini BPBD.
Kepala Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Kabupaten Bojonegoro, Heru Sugiharto, menyampaikan, peran aktif masyarakat untuk segera melaporkan adalah bentuk deteksi dini sehingga akan segera tertangani sehingga meminimalisir dampak dan kerugian.
“Dengan adanya fenomena pergerakan tanah ini akan menjadi salah satu kewaspadaan kita khususnya diwilayah wilayah yang labil dan berpotensi terjadi pergeseran tanah,” tukasnya.
Terlebih lagi cuaca ekstrim yang terjadi belakagan ini memicu potensi tersebut. Sementara itu berdasarkan informasi dari BPBD Kabupaten Bojonegoro bahwa setidaknya ada 10 kecamatan yang termasuk wilayah rawan. Sebagaimana keterangan dari Pusat Vulkanologi Mitagasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung bahwa beberapa wilayah di Kabupaten Bojonegoro adalah masuk dalam daerah rawan pergerakan tanah.
Maka BPBD Bojonegoro menyampaikan peringatan dini kepada masyarakat dan rekomendasi langkah langkah antisipasi. Kecamatan rawan tersebut antara lain Kecamatan Sugihwaras, Trucuk, Malo, Bubulan, Margomulyo, Tambakrejo, Purwosari, Kasiman, Ngambon, dan Temayang.
Sedangkan data riil kejadian pergerakan tanah ditambah Kecamatan Kedewan, Sekar, Gondang dan Sukosewu. Wilayah kecamatan potensi pergerakan tanah sebagaimana tersebut agar meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan pemantauan secara berkala pemukiman yg berada di bawah lereng perbukitan (kemiringan tebing) mengingat wilayah Bojonegoro bulan April ini masuk cuaca transisi penghujan kemarau sehingga masih dimungkinkan terjadi hujan deras dengan durasi yang lama.
Hal yang harus diperhatikan dari tanda tanda awal pergerakan tanah yakni terjadi hujan deras dengan durasi sangat lama, kemudian diikuti dengan adanya penurunan permukaan tanah.
Hal lain adalah apabila anda menjumpai tiang listrik, tiang telpon maupun pepohonan yang miring sejajar kemiringan lereng. Kemudian adalah keluarnya air bercampur lumpur dari dalam tanah dan munculnya suara gemuruh dari atas bukit sesaat sebelum longsor.
“Apabila dijumpai tanda dimaksud segera mengambil langkah cepat penyelamatan jiwa serta melaporkan kepada Pemkab melalui BPBD,” tegasnya.
Kemudian pemerintah setempat baik desa maupun kecakecamatan dimohon mengaktifkan seluruh potensi relawan kebencanaan (early warning system berbasis masyarakat) serta melakukan pemantauan berkala wilayah rawan.
Selain itu agar melakukan beberapa upaya Upaya menutup retakan tanah dengan lumpur, terasiring lahan pertanian yang miring, menutup genangan air di atas bukit serta menanami lerengan dengan tanaman keras yang berakar.
“Peran aktif kita inilah yang akan menyelamatkan nyawa dan mengurangi resiko kerugian akibat bencana,” pungkasnya.(dwi/mcb)