Buku Inovasi Dasa Wisma Bukti Sinergitas PKK Kabupaten Bojonegoro Dengan Pemerintah
Gerakan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, punya cara jitu mendokumentasikan dan mengevaluasi setiap kegiatannya. Caranya, pelbagai kegiatan setiap keluarga dicatat di buku Dasa Wisma oleh Ibu-Ibu aktivis desa/kelurahan yaitu kader PKK dasa wisma hingga PKK desa.
Hasilnya, pengurus PKK di Kabupaten Bojonegoro ini, bisa mudah melihat potret kegiatan penggerak dari tingkat kecamatan hingga di desa/kelurahan dan utamanya dapat memotret perkembangan kualitas SDM di tingkat desa melalui Program buku data dasawisma yang sudah dimulai tahun 2014-2015 dan yang tengah berjalan, tahun 2016 ini. Buku ini, berpatokan pada proyeksi Pembangunan Bojonegoro ke depan, yang tertuang di Program Gerakan Desa Sehat Cerdas (GDSC) yang digagas Bupati Bojonegoro Suyoto.
Menurut Ketua Tim Penggerak PKK Bojonegoro, Mahfudhoh Suyoto, bahwa buku yang digagasnya ini bagian dari program inovasi dan unggulan PKK Kabupaten Bojonegoro. Karena dengan cara pendataan inilah Pemerintah dapat menolong rakyatnya.
“Karena, dapat melihat potret rakyatnya dengan nyata dan terupdate tiap bulannya. Dan PKK ikut membantu pemerintah dengan menggerakkan keluarga supaya berdaya lebih baik,” ujarnya pada Kanalbojonegoro di acara dasawisma di Kecamatan Purwosari (24/5).
Menurutnya, tim penggerak PKK ada di masyarakat sekaligus bagian dari masyarakat. Apalagi, yang disebut dasawisma itu adalah 10 rumah yang ada di lingkungan warga. Selain itu, PKK merupakan tim penggerak pemberdayaan kesejahteraan keluarga dan tentu punya tujuan mulia. Yaitu menggerakkan keluarga agar sehat, cerdas, mandiri, bahagia dan sejahtera.
Dengan tujuan seperti itu, lanjutnya, PKK hadir harus membantu Pemerintah untuk mewujudkan cita-cita bersama. Yaitu masyarakat adil dan makmur dalam keluarga bahagia bisa terwujud. Oleh karenanya sinergitas PKK dan Pemerintah harus terjalin dengan baik dan harmonis.
Mahfudhoh menjelaskan, bahwa data catatan keluarga yang terangkum dalam buku data dasawisma, harus diisi dengan jujur dan apa adanya. Karena dengan demikian bisa mempermudah melihat potret kondisi desa yang sebenarnya. Kemudian di dalam datanya terdapat minimal 15 petunjuk: Pertama, soal ekonomi keluarga, ke dua, pendidikan keluarga, ketiga kesehatan keluarga, keempat harmonisasi, kelima pemanfaatan pekarangan, keenam pekerjaan kepala keluarga, ketujuh kependudukan, kedelapan kemiskinan, sembilan pemakaian alat kontrasepsi, 10 kepemilikan jamban, 11 yaitu angka kematian ibu dan angka kematian bayi (AKI/AKB), 12 pengangguran ,13 jaminan hari tua seperti apakah keluarga punya jaminan asuransi dan 14 menyangkut surat-surat penting keluarga seperti punya akte kelahiran dan sebagainya.
“Kelihatannya sepele, tapi sangat penting,” tukasnya.
Harapan kedepannya, pemerintah dapat menggunakan data ini sebagai salah satu bahan acuan dalam merencanakan program kerja kedepan yg berkelanjutan, hingga pd saatnya potret desa dapat lebih baik, SDMnya berkwalitas. “Itulah namanya Bojonegoro Matoh,” tandas wanita itu.
Kepala Kelurahan Klangon, Bojonegoro, Joko Tri Cahyono mengatakan, buku data dasawisma bermanfaat untuk mempermudah profil desa/kelurahan. Misalnya soal pendidikan keluarga, kesehatan dan pekerjaan. “Kita berharap data dasawisma ini terus update,” tegasnya pada Kanalbojonegoro, Senin (30/5).
Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Bojonegoro, Kusnandaka Tjatur Prasetya mengatakan, program buku data dasawisma, aksesnya akan dimudahkan lewat program internet di desa-desa. Nantinya, data dasawisma bisa terus didukung oleh beberapa komunitas seperti Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (RTIK) dan Komunitas Blogger Bojonegoro. “Jadi, kegiatan Ibu-Ibu PKK, bisa mudah diakses digital,” tegasnya pada Kanalbojonegoro.
Kusnandaka mencontohkan, selama ini kegiatan Ibu-ibu PKK jarang termonitor karena kurang publikasi. Padahal, kegiatan PKK itu menyebar dari tempat di kota-kota hingga di pelosok desa. Di Kecamatan Margomulyo misalnya, Ibu-ibu membuat program bayi sehat. Tetapi karena jarak tempuh Kota Bojonegoro-Margomulyo, sekitar 70 kilometer, kegiatan Ibu-ibu PKK, jarang diketahui masyarakat. Namun, dengan kemajuan teknologi, kegiatan ini bisa diketahui. “Orang Jakarta dan luar Negeri bisa tahu,” imbuhnya.(*/mcb)