178 Desa di Bojonegoro Rawan Banjir
Sebanyak 178 desa di 26 kecamatan di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, rawan terendam banjir luapan Bengawan Solo dan diterjang banjir bandang dari sejumlah sungai di daerah setempat selama musim hujan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro Andik Sudjarwo, di Bojonegoro, Senin, mengatakan, data desa yang rawan dilanda banjir dengan jumlah sebanyak 178 desa di 26 kecamatan itu, mengacu kejadian banjir yang terjadi di tahun-tahun lalu.
Ia merinci di daerahnya ada 146 desa di 16 kecamatan rawan dilanda banjir luapan Bengawan Solo, antara lain, di Kecamatan Trucuk, Kalitidu, Dander, Malo, Kota, Kanor, juga kecamatan lainnya.
Selain itu, lanjut dia, ada 32 desa di 10 kecamatan yang rawan dilanda banjir bandang, antara lain, di Kecamatan Sekar, Temayang, Gondang, Balen, Sumberrejo, juga kecamatan lainnya.
“Ada sejumlah desa tidak hanya rawan dilanda banjir luapan Bengawan Solo, tetapi juga rawan dilanda banjir bandang,” jelasnya.
Ia mencontohkan di Kecamatan Sumberrejo, dari tujuh desa, ada satu desa yang rawan dilanda banjir, luapan Bengawan Solo, sekaligus juga banjir bandang.
“Banjir bandang rutin melanda sejumlah desa, disebabkan hutan yang ada di daerah kami sudah gundul,” ucap Kasi Pencegahaan dan Kesiapsiagaan BPBD Sukirno, menambahkan.
Sesuai data di BPBD, banjir bandang yang terjadi pada 2015 lalu, telah menerjang 32 desa di 11 kecamatan, antara lain, Kasiman, dan Baureno, Tambakrejo, Malo, Sekar, Kepohbaru, Kanor, Gondang, Dander, Temayang, dan Kedewan,
Dalam kejadian itu, sebanyak 724 rumah diterjang air banjir, dengan jumlah Warga terdampak mencapai 1.682 kepala keluarga (KK).
Banjir juga mengakibatkan rusaknya tanaman padi seluas 1.003 hektare, dan ratusan hektare tanaman palawija, dengan jumlah kerugian mencapai Rp5,966 miliar.
“Kerugian yang disebabkan banjir bandang dari tahun ke tahun cenderung meningkat,” ucap Sukirno.
Ia menambahkan banjir luapan Bengawan Solo, yang terjadi musim hujan lalu tidak banyak menimbulkan kerugian, karena banjir yang terjadi bukan banjir besar.
Menghadapi musim banjir kali ini, lanjut Andik, BPBD telah menyiapkan berbagai kebutuhan, termasuk akan mengumpulkan seluruh camat dan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) untuk memetakan daerah rawan bencana.
“Pemetaan yang kami lakukan meliputi bencana banjir, angin kencang dan tanah longsor,” katanya. (*)
Sumber : Antara Jatim